Kamis, 11 November 2010

Kedudukan Perempuan: Antara Budaya Islam dan Barat

Bab Ketiga: Peran Perempuan Dalam Republik Islam Iran Peran Perempuan Dalam Sejarah Modern Iran
Karena faktor tertentu perempuan di Iran memiliki peran menonjol pada periode kontemporer maupun dalam berbagai periode historis lainnya. Sejarah Iran selama 150 tahun terakhir yang notabene periode penting dan sangat mendidik terlihat jelas bagaimana kiprah dan andil kaum perempuan di sejumlah kancah signifikan dan determinan. Diantaranya ialah kiprah mereka dalam peristiwa kebangkitan anti imperialisme di Iran di bawah komando Almarhum Mirza Shirazi. Di Tehran, unjuk rasa kaum perempuan memberikan pukulan telak dan mematikan bagi rezim yang berkuasa. Dari situ terlihat pula bahwa partisipasi kaum muslimat dengan motivasi-motivasi Islam sudah ada sejak jauh hari sebelum revolusi Islam Iran.
Perempuan Iran di Era Dinasti Pahlevi
Perempuan Iran di era rezim despotik Syah Pahlevi tertindas dari berbagai aspek. Agar bisa masuk ke zona ilmu pengetahuan, kaum perempuan harus mengabaikan ketakwaan dan ifahnya. Di kampus dan pusat-pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan seorang muslimah tidak mudah mempertahankan hijab dan wibawanya. Di jalanan kota Tehran dan sejumlah kota besar Iran lainnya perempuan sulit untuk tenang bepergian sambil menjaga keanggunan sebagai muslimah, walaupun misalnya hanya dengan mengenakan kerudung apa adanya.
Perempuan sulit untuk lolos dari cemoohan dan gangguan tangan usil orang-orang yang sudah terbuai oleh "anugerah" budaya Barat. Rezim sudah berbuat sesuatu yang sekiranya tidak mudah bagi muslimah terlibat dalam dunia keilmuan. Perempuan umumnya sulit menerobos masuk ke ranah ilmu pengetahuan, kecuali jika mereka bersedia menanggalkan hijab dan keaggunannya sebagai wanita bertakwa.
Kondisi yang sama juga terjadi di berbagai kancah sosial. Jika sosok perempuan ingin mendapat jabatan publik di era rezim Syah maka ia harus mengabaikan ketentuan hijab, iffah dan ketakwaan. Tapi ini juga bergantung pada jatidiri dan potensi perempuan itu sendiri. Jika pribadinya lemah maka ia akan semakin jauh terjerumus. Sedangkan jika sampai batas tertentu dia berusaha resisten maka ia akan selalu mendapat tekanan dari lingkungan sekitarnya.
Perempuan Iran saat itu umumnya dibiarkan bodoh dan tidak memiliki wawasan politik. Akibatnya mereka tidak berminat untuk ikut memikirkan nasib negara. Mereka bahkan tidak mengetahui bahwa perempuan bisa ikut berperan dalam menentukan masa depan negara. Uniknya, dari segi penampilan mereka kebanyakan menyerupai perempuan Eropa. Mereka di Iran berpenampilan sedemikian rupa sehingga terlihat seperti pendatang asal Eropa. Tapi sedikit saja mereka diajak bicara akan terlihat betapa mereka ternyata bodoh atau awam sekali.
Perempuan saat itu sengaja dijadikan sebagai pajangan untuk menarik perhatian orang. Perempuan didorong untuk membangun jatidiri palsu dan nihil. Ini jelas kemunduran dan sama sekali bukan menandai sebuah kemajuan. Tidak ada yang lebih kejam dari perbuatan memotivasi perempuan agar menjadi pemuja kosmetik, mode dan perhiasan serta menjadikan mereka sebagai sarana untuk berbagai interes tapi menangkal kiprah mereka di gelanggang politik, moral dan tarbiyah. Kondisi seperti ini sengaja diproyeksikan secara sistematis oleh rezim Pahlevi.
Peran Perempuan Dalam Revolusi Islam Iran
Revolusi Islam Iran telah membuyarkan semua asumsi keliru tentang perempuan. Perempuan Iran telah menjadi prajurit terdepan dalam revolusi Islam. Revolusi ini jelas tidak mungkin terjadi seandainya kaum perempuan Iran tidak sejalan dengan revolusi dan tidak menaruh keyakinan kepadanya. Tanpa kehadiran perempuan, revolusi akan kehilangan separuh kekuatan revolusionernya. Kemudian, kaum perempuan Iran adalah satu kekuatan budaya yang sangat berpengaruh di lingkungan keluarga, yaitu pada anak, suami, saudara-saudara dan lingkungannya. Kiprah dan perjuangan sejati kaum perempuanlah yang telah merobohkan pilar-pilar kekuatan musuh.
Kaum perempuan sebagai isteri maupun ibu telah berpengaruh langsung pada suami dan anak-anaknya. Ini adalah satu keniscayaan. Seorang ibu yang awam sekalipun masih bisa berperan dan memiliki pengaruh lebih dari pengaruh seorang guru terhadap murid atau seorang pimpinan terhadap anak buahnya. Pengaruh ibu terhadap anaknya bisa bertahan sampai ibu berusia lanjut. Artinya, seorang ibu pasti bisa menggunakan pengaruh keibuannya jika ia menghendakinya, kecuali ibu yang bermental lemah dan memang tidak berkeinginan atau tidak bisa memberdayakan pengaruhnya. Yang jelas, seorang ibu umumnya mampu menanamkan pengaruh pada anak. Tutur kata, kecintan dan ungkapan kasih sayangnya mudah tertanam kuat dalam hati dan sanubari anak.
Ketika gerakan Islam di Iran berubah menjadi revolusi Islam dan kaum perempuan Iran berada di barisan terdepan sesuai ajaran fitri Islam tentang kaum perempuan, Imam Khomeini ra berkata, "Seandainya kaum perempuan tidak berpartisipasi dalam kebangkitan ini, revolusi Islam tidak akan berjaya."
Dalam pembentukan Republik Islam dan dalam berbagai peristiwa besar yang terjadi selama ini, kaum perempuan Iran ikut andil dan memainkan kiprah yang dalam beberapa hal setara atau bahkan tak kalah hebatnya dengan kaum laki-laki.
Dalam perang, transformasi politik, pawai keagamaan dan demonstrasi politis kaum perempuan juga berperan besar. Di bidang sains, pembangunan dan berbagai persoalan sosial kaum perempuan Iran terlibat secara intensif dan kontinyu.

Sensibilitas sosial kaum perempuan sebagai anggota komunitas masyarakat yang besar ini sangatlah signifikan. Perempuan dulu sama sekali tidak menaruh kepedulian pada masalah ini. Dulu tidak ada asumsi bahwa kaum perempuan harus ikut berkiprah dalam berbagai tanggung jawab sosial dan jabatan publik. Kaum perempuan sendiripun tidak berasumsi demikian. Namun sekarang kaum perempuan di desa dan daerah-daerah terpencil sekalipun merasa bahwa mereka adalah pemilik dan pengawal revolusi Islam. Dari aspek ini perempuan sama sekali tidak berbeda dengan laki-laki. Perempuan bahkan terkadang terlihat lebih antusias daripada laki-laki dalam merespon berbagai persoalan sosial dan negara dan menganggapnya sebagai persoalan mereka.
Revolusi Islam dan Status Sosial Perempuan
Kebangkitan Islam dan revolusi di bawah komando Imam Khomeini ra telah menempatkan kaum perempuan dalam poros aktivitas politik dan menyerahkan bendera revolusi kepada kaum perempuan tanpa sedikitpun mengusik ketentuan hijab, wibawa Islami, iffah dan kualitas ketakwaan mereka. Siapapun tidak pernah memberikan hak sedemikian besar kepada kaum perempuan Iran dan muslimah. Berkat revolusi Islam, kaum perempuan Iran tergiring ke jalan yang sangat ideal. Mereka dapat berkecimpung di dunia sains dan akademik tanpa mengurangi sedikitpun kualitas keagamaan, iffah, ketakwaan, kepribadian dan martabatnya sebagai muslimah. Mereka juga tidak mendapat hambatan apapun di ranah ilmu keagamaan. Mereka sekarang bisa berkiprah di gelanggang politik, sosial, jihad, layanan publik dan lain sebagainya sambil tetap mempertahankan hijab dan wibawanya sebagai muslimah sejati.
Kedudukan Perempuan Menurut Pandangan Imam Khomeini ra
Di mata guru besar revolusi Islam, Imam Khomeini ra, besar sekali peran kaum perempuan dalam revolusi, baik pada saat kemunculannya maupun pada tahap pelestariannya. Begitu pula posisi mereka dalam proses perfeksi masyarakat Islam. Inilah yang benar dan ini telah membangkitkan semangat juang kaum perempuan Iran untuk bebas dari perangkap-perangkap budaya Barat. Dengan kehendak dan tekad yang bulat, mereka gigih melawan propaganda budaya Barat yang menjadikan kaum perempuan sebagai alat untuk melicinkan ambisi destruktifnya.
Manusia memerlukan kejelian ekstra untuk dapat membedakan antara pengangkatan status perempuan di bidang ilmu, politik, sosial, seni dan budaya di satu sisi dan penistaan status perempuan sebagai alat untuk melincinkan ambisi politik dan interes pribadi di sisi lain. Sisi kedua ini harus disisihkan dari apa yang diidamkan oleh setiap manusia merdeka dan cerdas.
Imam Khomeini ra selalu berusaha memperjuangkan jatidiri kaum perempuan Iran yang secara kuantitas adalah separuh populasi Iran tetapi secara kualitas bisa berperan lebih dari separuh dalam berbagai peristiwa besar. Jatidiri yang beliau perjuangkan demi mereka bukanlah jatidiri yang dipaksa atau didoktrinasikan, melainkan jatidiri sejati yang selama ini terlupakan dan tersembunyikan oleh banyak hal. Beliau bersiteguh supaya jatidiri itu selalu ditunjukkan ke permukaan di semua bidang, terutama yang bersangkutan dengan kaum perempuan sendiri. Beliau selalu berjuang untuk memulihkan keyakinan kaum perempuan akan hakikat cemerlang yang ada dalam diri mereka. (IRIB/Khamenei)

0 komentar:

Posting Komentar