Kamis, 11 November 2010

Sekilas Pidato Rahbar di Qom

Kunjungan Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei, ke kota Qom berakhir pada tanggal 29 Oktober 2010. Selama 10 hari kunjungannya ke kota suci Qom, Rahbar melakukan berbagai pertemuan dengan ulama, para marji, mahasiswa, pelajar agama, masyarakat dan para pejabat kota ini. Ayatollah Ul-Udzma Ali Khamenei dalam berbagai pertemuannya di kota Qom menyampaikan berbagai poin. Lembaga Pasukan Relawan Mustadzafin yang dikenal dengan istilah Basij dapat disebut sebagai instansi terpenting setelah Revolusi Republik Islam Iran. Instansi itu dibentuk atas perintah Pendiri Revolusi Islam Iran, Imam Khomeini ra. Basij mempunyai peran penting dalam 30 tahun terakhir.
Dalam pertemuannya dengan kalangan Basij di Qom, Rahbar memuji instansi ini dan mengatakan, "Kalian adalah buah manis dan sukses dari pohon yang baik dan suci (Revolusi Islam) yang ditanam Imam Khomeini dengan tangannya sendiri." Seraya menyinggung kokohnya keimanan para anggota Basij, kontribusi dan langkah konstruktif pada tahun-tahun Pertahanan Suci dan periode pasca perang, Rahbar mengatakan, "Makna Basij adalah penggabungan keimanan dan perbuatan. Perbuatan di sini adalah amal jihad yang bukan bertendensi pribadi. Menurut Islam, keimanan berbeda dengan perbuatan. Keimanan sempurna dan sesungguhnya adalah keimanan yang dibarengi dengan jihad di medan amal."
Rahbar dalam pertemuannya dengan masyarakat Qom, khususnya para pemuda kota ini, menekankan pengenalan musuh dan kesadaran atas konspirasi musuh. Beliau juga menyebut perang urat syaraf media Barat terhadap Republik Islam Iran dan umat Islam sebagai hal yang penting. Dikatakannya, "Front musuh untuk Iran dan Revolusi Islam mempunyai rencana jangka panjang. Untuk itu, kita juga harus mempunyai jangka panjang... Salah satu agenda utama para musuh adalah propaganda. Dengan berbagai cara propaganda ini, mereka berupaya menyebarkan hal-hal yang kontroversif dan bohong untuk menjungkirbalikkan suasana masyarakat. Hal ini harus diperhatikan..."
Masih menjelaskan cara propaganda Barat, Ayatollah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyebut pencampuradukkan antara kebenaran dan kebatilan, sebagai salah satu metode propaganda Barat. Dikatakannya, "Kebatilan di hadapan manusia tidak selalu tampil telanjang hingga manusia mengenalnya sebagai kebatilan. Kebatilan senantiasa berpakaian dengan kebenaran atau sebagian kebenaran ketika tampil di kancah."
Rahbar seraya menyinggung hadis Imam Ali as, mengatakan, "Jika kebatilan dan kebenaran secara transparan tampil di kancah, tidak akan ada percekcokan. Sebab, semua pihak menyenangi kebenaran dan semua orang tidak menyukai kebatilan... Akan tetapi kebenaran dicampuradukkan dengan kebatilan sehingga kebatilan tidak tampil dengan jelas. Untuk itu, banyak yang terjebak dalam kekeliruan. Dalam hal ini, semua pihak harus bersikap waspada." Lebih lanjut Rahbar menegaskan, "Di dunia, para musuh menekankan masalah ini bahwa fakta terkait masyarakat dan pemerintah Republik Islam Iran harus diputarbalikkan. Fasilitas propaganda sedemikian beragam, bahkan para musuh senantiasa sibuk memutarbalikkan fakta dengan berbagai propaganda."
Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei dalam kunjungannya ke kota Qom juga menekankan pentingnya hati nurani dalam mengenal musuh dan konspirasinya. Mengenai hati nurani, Rahbar mengatakan, "Hati nurani berfungsi sebagai penerang, penentu kiblat atau kompas. Jika berjalan di padang pasir tanpa kompas, seseorang bisa sampai tujuan secara kebetulan. Akan tetapi ini adalah kemungkinan kecil. Tanpa kompas, seseorang bisa jadi terjebak dalam kebingungan dan dihadapkan pada berbagai kendala. Kompas sangat dibutuhkan, terlebih dalam kondisi berhadapan dengan musuh. Jika tidak ada kompas, anda tiba-tiba akan berada di tengah kepungan musuh. Saat itu, anda tidak dapat berbuat apa-apa."
Dengan demikian, Rahbar berpandangan bahwa umat Islam harus mempunyai senjata hati nurani untuk mengenal kebenaran. Dikatakannya, "Seperti yang dikatakan oleh Imam Ali as, la yu'rafu al haqqu bi al rijal. Artinya, kebenaran tidak diketahui dengan sosok." Rahbar menambahkan, "Sosok terhormat dan diterima tidak dapat menjadi tolok ukur kebenaran. Bahkan sejumlah sahabat Rasulullah Saw yang juga sosok terhormat, terjebak dalam kekeliruan. Untuk itu, kebenaran itu sendiri harus dikenali, dan jalan yang benar harus diidentifikasi sehingga kebenaran dan kebatilan dapat dibedakan."
Lebih lanjut Rahbar menekankan hati nurani, khususnya dalam menyikapi berbagai problema. Ketika mengulas masalah hati nurani, Rahbar mengatakan, "Hati nurani yang dibutuhkan dalam menyikapi berbagai peristiwa, adalah refleksi akan berbagai peristiwa yang dialami dan dihadapinya. Dengan kata lain, seseorang tidak seharusnya menyikapi peristiwa dengan sudut pandang dangkal dan awam. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as mengistilahkannya dengan i'tibar atau memetik pelajaran. Beliau as berkata, "Rahimallahu imra'an tafakkara fa'tabarra". Artinya, Allah Swt merahmati seseorang yang berfikir, dan kemudian mengambil pelajaran. Imam Ali melanjutkannya, "Wa'tabarra fa absara". Artinya, seseorang akan menemukan hati nurani setelah mengambil pelajaran." Rahbar juga mengatakan, seorang mukmin harus mendengar pernyataan orang lain. Akan tetapi mukmin juga harus berpikir sebelum menolak dan menerima pernyataan orang lain. Sebab, banyak pernyataan seperti propaganda Barat yang mengandung kebatilan dan kekeliruan tapi dibungkus dengan kebenaran.
Dalam kunjungannya ke Qom, Rahbar juga melakukan pertemuan dengan para pelajar luar negeri. Pertemuan itu juga mempunyai suasana tersendiri. Ribuan pelajar luar negeri yang berdomisili di kota Qom, berkumpul mendengarkan pidato Rahbar. Ayatollah al-Udzma Ali Khamenei mengatakan, "Ketahuilah, para pelajar agama luar negeri bukan asing di negara Islam Iran. Kalian bahkan bukan tamu. Kalian adalah pemilik rumah...Kami ucapkan selamat kepada para pelajar yang melakukan perjalanan jauh ke negara ini. Kami berkewajiban mengenalkan semua ilmu Islam suci dan Ahlul Bait as yang kita miliki, kepada kalian."
Lebih lanjut Rahbar menyebut propaganda Barat yang mengesankan penyebaran Revolusi Islam dengan cara ekstrim dan kekerasan, sebagai hal yang tak dapat diterima. Dikatakannya, "Sekitar seratus negara berkumpul di tempat ini untuk mengenal ajaran suci Islam. Tujuan kami bukan mengekspor revolusi dalam kemasan politik, ke negara ini dan itu. Revolusi bukanlah alat politik untuk diekspor, dan juga bukan alat militer dan keamanan.... Republik Islam Iran adalah masalah melahirkan kembali ajaran tinggi Islam sehingga ummat Islam merasa mempunyai identitas Islam dan mengenal ajaran-ajaran agama suci ini yang menjadi penyelamat manusia."
Dalam kesempatan itu, Rahbar seraya menyinggung peran para pelajar agama luar negeri di hauzah ilmiah Qom, mengatakan, "Kalian adalah khazanah Islam dan aset besar bagi Islam. Untuk itu, belajarlah dengan baik dan kembalilah ke tengah masyarakat kalian pada waktu yang dibutuhkan untuk menyampaikan kebenaran dengan senjata kesabaran, akhlak, rendah hati dan kasih sayang... Tujuan keberadaan kalian di sini bukan tujuan politik, tapi tujuan ilmiah dan pendidikan. Ini adalah hal yang jelas sekali. Ilmu punya banyak peminat di manapun."
Menurut Rahbar, ajaran Ahlul Bait as akan diterima oleh masyarakat bila disampaikan dengan benar dan baik. Seraya mengutip kata mutiara yang disampaikan oleh Imam Ali Ridha as, Rahbar mengatakan, "Untuk menyebarkan ajaran Ahlul Bait tidak diperlukan untuk mengetuk pintu rumah ke rumah, dan juga tidak diperlukan untuk menyerang sana-sini. Cukup bagi kita untuk menuntut ajaran Ahlul Bait dengan baik dan menyebarkannya dengan orang lain. Ajaran-ajaran ketauhidan, humanisme dan ajaran-ajaran komprehensif ini atas berbagai masalah kehidupan manusia, pada dasarnya mempunyai daya tarik. Semua ajaran itu akan menarik hati manusia."
Kantor Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran di akhir kunjungan sepuluh hari Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei ke kota suci Qom menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada seluruh kalangan rakyat Qom yang mukmin dan peka hatinya atas sikap heroik yang ditunjukkan. Rasa terima kasih setulus-tulusnya juga disampaikan kepada para marji, ulama dan pelajar agama yang sabar dan peka hatinya. Kantor Rahbar menyatakan harapannya semoga segala bimbingan Rahbar dalam pelbagai pertemuannya selama kunjungan ini menjadi babak baru dalam sejarah penuh kebanggaan kota Qom.
Kantor Rahbar menyebut Qom sebagai ‘pengibar bendera kebangkitan Islam, pelopor Revolusi, pendamping dan penolong tak kenal lelah Islam. Disebutkannya, semua ini adalah hakikat murni yang kembali membuat mata dunia terbelalak menyaksikannya. Qom adalah ‘pusat, sumber dan fondasi abadi' Revolusi Islam.

Statement Kantor Rahbar itu juga menyebutkan, pemandangan penuh keagungan yang tidak dapat digambarkan dari sambutan pelbagai kalangan masyarakat dengan keikhlasan, ketulusan dan kesadaran kota jihad dan ijtihad atas kedatangan Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dan kasih sayang dan cinta yang ditunjukkan para marji yang mulia, ulama dan guru-guru besar hauzah, mampu menghidupkan hakikat penuh keakraban ini di benak baik teman maupun musuh. Disebutkan pula, Semua ini membuktikan adanya ikatan yang tak terpisahkan antara bangsa dan Wilayatul Faqih yang telah menjadi fondasi dan keagungan yang semakin bertambah dari hari ke hari yang dianugerahkan Allah Swt kepada Iran berkat ‘keimanan, kepekaan hati dan istiqamah nasional'.irib

0 komentar:

Posting Komentar